fraktur cruris sepertiga distal
BAB
II
KERANGKA
TEORI
A. KERANGKA
TEORI
1. DEFINISI
FRAKTUR
Fraktur atau
patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan
sendi, tulang rawan epifisis baik bersifat total ataupun parsial yang umumnya
disebabkan oleh tekanan yang berlebihan, sering diikuti oleh kerusakan jaringan
lunak dengan berbagai macam derajat, mengenai pembuluh darah, otot dan
persarafan. Trauma yang menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung
dan trauma tidak langsung. Trauma langsung menyebabkan tekanan langsung pada
tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan. Trauma tidak langsung, apabila
trauma dihantarkan ke daerah yang lebih jauh dari daerah fraktur, misalnya
jatuh dengan tangan ekstensi dapat menyebabkan fraktur pada klavikula, pada keadaan
ini biasanya jaringan lunak tetap utuh.
Fraktur
ekstremitas bawah adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang atau tulang
rawan yang terjadi pada ekstremitas bawah yang umumnya disebabkan oleh ruda
paksa. Trauma yang menyebabkan fraktur dapat berupa trauma langsung, misalnya
sering terjadi benturan pada ekstremitas bawah yang menyebabkan fraktur pada
tibia dan fibula.
Fraktur
kruris (L:crus = tungkai) merupakan fraktur yang terjadi pada tibia dan fibula.
Fraktur tertutup adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan
dunia luar. Maka fraktur kruris tertutup adalah terputusnya kontinuitas
jaringan tulang, tulang rawan sendi maupun tulang rawan epifisis yang terjadi
pada tibia dan fibula yang tidak berhubungan dengan dunia luar. Fraktur kruris
merupakan fraktur yang sering terjadi dibandingkan dengan fraktur pada tulang
panjang lainnya. Periosteum yang melapisi tibia agak tipis terutama pada daerah
depan yang hanya dilapisi kulit sehingga tulang ini mudah patah dan biasanya
fragmen frakturnya bergeser karena berada langsung dibawah kulit sehingga
sering juga ditemukan fraktur terbuka.
Pengertian
Fraktur dari beberapa ahli yaitu
Fraktur
adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya.
Fraktur atau patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan
tulang rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa. (Lukman dan Ningsih,
Nurna, 2009 ; 25).
Fraktur
adalah terputusnya kontinuitas tulang, kebanyakan fraktur akibat dari trauma,
beberapa fraktur sekunder terhadap proses penyakit seperti osteoporosis, yang
menyebabkan fraktur yang patologis (Barret dan Bryant, 1990).
Fraktur
adalah terputusnya kontinuitas tulang yang ditandai oleh rasa nyeri,
pembengkakan, deformitas, gangguan fungsi, pemendekan, dan krepitasi (Doenges,
2000).
Fraktur
adalah pemisahan atau patahnya tulang. (Doenges. 2000 ; 761)
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya. (Smeltzer, dkk. 2001 ; 2357).
Fraktur atau
patah tulang adalah terputusnya kontinuitas jaringau tulang dan/atau tulang
rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa (Sjamsuhidayat, 2005).
Fraktur
adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik (Price,
1995).
Fraktur
adalah setiap retak atau patah pada tulang yang utuh (Reeves, 2001).
Fraktur
adalah putusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai tipe dan luasnya.
Fraktur terjadi ketika tulang diberikan stres lebih besar dari kemampuannya
untuk menahan (Sapto Harnowo, 2002).
Fraktur
adalah suatu keadaan dikontinuitas jaringan struktural pada tulang tibia dan
fibula ( Silvia Anderson Price, 1995 )
Fraktur
adalah terputusnya kontiunitas tulang fibia dan fibula ( Purnawan junaidi 1982
).
Fraktur
kruris merupakan suatu istilah untuk patah tulang tibia dan fibula yang biasanya
terjadi pada bagian proksimal (kondilus), diafisis atau persendian pergelangan
kaki. (Muttaqin. 2008 ; 232)
Fraktur
cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan
luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang
dikenai stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner &
Suddart, 2000).
Faraktur
kruris 1/3 distal adalah suatu keadaan terputusnya kontinuitas tulang kruris
pada bagian ujung.
Sinistra
adalah bagian badan tubuh sebelah kiri sedangkan dextra adalah bagian tubuh
sebelah kanan.
Berdasarkan
beberapa pengertian diatas dapat penyusun simpulkan, Fraktur adalah terputusnya
kontinuitas tulang, retak atau patahnya tulang yang utuh, yang biasanya
disebabkan oleh trauma/rudapaksa atau tenaga fisik yang ditentukan jenis dan
luasnya trauma.
Sedangkan
dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian fraktur
kruris 1/3 distal sinistra adalah terputusnya hubungan kontinuitas
tulang tibia dan fibula pada daerah sepertiga bawah tungkai bawah
bagian kiri (Apply, 1995).
2.
ETIOLOGI
Tulang
bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan gaya pegas untuk
menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat :
a.
Peristiwa trauma
Sebagian
besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba dan berlebihan, yang
dapat berupa pemukulan, penghancuran, penekukan, pemuntiran, atau penarikan.
Bila terkena kekuatan langsung, tulang dapat patah pada tempat yang terkena,
jaringan lunaknya juga pasti rusak. Bila terkena kekuatan tak langsung, tulang
dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh dari tempat yang terkena kekuatan
itu, kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin tidak ada.
Trauma
langsung menyebabkan fraktur pada titik terjadinya trauma itu, misalnya tulang
kaki terbentur bumper mobil maka tulang akan patah, tepat ditempat benturan.
b.
Fraktur kelelahan atau tekanan
Keadaan ini
paling sering ditemukan pada tibia atau fibula atau metatarsal, terutama pada
atlet, penari, dan calon tentara yang jalan berbaris dalam jarak jauh.
c.
Fraktur patologik
Fraktur
dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh
tumor) atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit Paget).
Daya
pemuntir menyebabkan fraktur spiral pada kedua tulang kaki dalam tingkat yang
berbeda; daya angulasi menimbulkan fraktur melintang atau oblik pendek,
biasanya pada tingkatyang sama. Pada cedera tak langsung, salah satu dari
fragmen tulang dapat menembus kulit; cedera langsung akan menembus atau merobek
kulit diatas fraktur. Kecelakaan sepeda motor adalah penyebab yang paling
lazim.
d.
Trauma tidak langsung menyebabkan fraktur di tempat
yang jatuh dari tempat terjadinya trauma.
e.
Truma akibat
tarikan otot, jarang terjadi.
f.
Adanya metastase kanker tulang dapat melunakkan
struktur tulang dan menyebabkan fraktur
g.
Adanya
penyakit primer seperti osteoporosis.
( E. Oerswari, 1989 :
147 )
Ada 2 faktor
yang mempengaruhi fraktur :
a.
Ekstrinsik meliputi kecepatan dan durasi trauma yang
mengenai tulang, arah dan kekuatan trauma.
b.
Intrinsik meliputi kapasitas tulang mengabsorsi energi
trauma, kelenturan, kekuatan dan densitas tulang.
Fraktur
biasanya disebabkan oleh adanya trauma abduksi tibia terhadap femur saat kaki
terfiksasi pada dasar, misalnya trauma sewaktu mengendarai mobil dan juga dapat
terjadi karena pukulan langsung, kekuatan yang berlawanan, gerakan pemuntiran
tiba-tiba, dan bahkan kontraksi otot yang berlebihan.
3.
PATOFISIOLOGI
Trauma langsung trauma tidak langsung kondisi patologis
Nyeri
|
Diskontinuitas
tulang pergerseran frakmen
tulang
Perubahan jaringan sekitar kerusakan fragmen tulang
Kerusakan intregitas kulit
|
Decomitas putus vena/arteri pengktn tek.kpiler reaksi stres klien
Gguan fungsi perdarahan pelepasan histamin melepaskan
katekolamin
Kehilangan vol. Cairan
protein plasma hilang
memobilisasi as.lemak
Syok hipovolemik
|
Gangguan mobilitas fisik
|
Penek.
Pemb.drah emboli
Penurunan
perfusi jari
Gangguan perfusi jaringan
|
4.
KLASIFIKASI
Ada 2 tipe
dari fraktur cruris yaitu
a.
Fraktur intra capsuler : yaitu terjadi dalam tulang
sendi panggul dan captula
·
Melalui kapital fraktur
·
Hanya dibawah
kepala femur
·
Melalui leher
dari femur
b.
Fraktur ekstra
kapsuler
·
Terjadi diluar sendi dan kapsul melalui trokanter
cruris yang lebih besar atau yang lebih kecil pada daerah intertrokanter
·
Terjadi di bagian distal menuju leher cruris tetapi
tidak lebih dari 2 inci di bawah trokanter terkecil.
Klasifikasi
fraktur pada tibia dan fibula:
1. Fraktur proksimal
tibia
a.
Fraktur Infrakondilus Tibia
Fraktur
Infrakondilus tibia terjadi sebagai akibat pukulan pada tungkai pasien yang
mematahkan tibia dan fibula sejauh 5cm di bawah lutut. Walaupun tungkai bawah
dapat membengkak dalam segala arah, namun biasanya terjadi pergeseran lateral
ringan dan tidak ada tumpang tindih atau rotasi. Fraktur tidak masuk ke dalam
lututnya. Dapat dirawat dengan gips tungkai panjang, sama seperti fraktur pada
tibia lebih distal. Jika fragmen tergeser, dapat dilakukan manipulasi ke dalam
posisinya dan gunakan gips tungkai panjang selama 6 minggu. Kemudian dapat
dilepaskan dan diberdirikan denganmenggunakan tongkat untuk menahan berat
badan.
b.
Fraktur Berbentuk T
Terjadi
karena terjatuh dari tempat yang tinggi, menggerakkan korpus tibia ke atas
diantara kondilus femur, dan mencederai jaringan lunak pada lutut dengan hebat.
Kondilus tibia dapat terpisah, sehingga korpus tibia tergeser diantaranya.
Traksi tibia distal sering dapat mereduksi fraktur ini secara adekuat.
c.
Fraktur Kondilus Tibia(bumper fracture)
Fraktur
kondilus lateralis terjadi karena adanya trauma abduksi terhadap femur dimana
kaki terfiksasi pada dasar. Fraktur ini biasanya terjadi akibat tabrakan pada
sisi luar kulit oleh bumper mobil, yang menimbulkan fraktur pada salah satu
kondilus tibia, biasannya sisi lateral.
d.
Fraktur Kominutiva Tibia Atas
Pada fraktur
kominutiva tibia atas biasanya fragmen dipertahankan oleh bagian periosteum
yang intak. Dapat direduksi dengan traksi yang kuat, kemudian merawatnya dengan
traksi tibia distal.
2. Fraktur
Diafisis
Fraktur
diafisis tibia dan fibula lebih sering ditemukan bersama-sama. Fraktur dapat
juga terjadi hanya pada tibia atau fibula saja. Fraktur diafisis tibia dan
fibula terjadi karena adanya trauma angulasi yang akan menimbulkan fraktur tipe
transversal atau oblik pendek, sedangkan trauma rotasi akan menimbulkan trauma
tipe spiral. Fraktur jenis ini dapat diklasifikasikan menjadi:
a.
Fraktur Tertutup Korpus Tibia pada Orang Dewasa
Dua jenis cedera dapat mematahkan
tibia dewasa tanpa mematahkan fibula:
a)
Jika tungkai mendapat benturan dari samping, dapat
mematahkan secara transversal atau oblik, meninggalkan fibula dalam keadaan
intak, sehingga dapat membidai fragmen, dan pergeseran akan sangat terbatas.
b)
Kombinasi kompresi dan twisting dapat menyebabkan
fraktur oblik spiral hampir tanpa pergeseran dan cedera jaringan lunak yang
sangat terbatas.
Fraktur
jenis ini biasanya menyembuh dengan cepat. Jika pergeseran minimal, tinggalkan
fragmen sebagaimana adanya. Jika pergeseran signifikan, lakukan anestesi dan
reduksikan.
c)
Fraktur Tertutup Korpus Tibia pada Anak-anak
Pada bayi dan anak-anak yang muda,
fraktur besifat spiral pada tibia dengan fibula yang intak. Pada umur 3-6
tahun, biasanya terjadi stress torsional pada tibia bagian medial yang akan
menimbulkan fraktur green stick pada metafisis atau diafisis proksimaldengan
fibula yang intak. Pada umur 5-10 tahun, fraktur biasanya bersifat
transversaldengan atau tanpa fraktur fibula.
d) Fraktur
Tertutup Pada Korpus Fibula
Gaya yang diarahkan pada sisi luar
tungkai pasien dapat mematahkan fibula secara transversal. Tibianya dapat tetap
dalam keadaan intak, sehingga tidak terjadi pergeseran atau hanya sedikit
pergeseran ke samping. Biasanya pasien masih dapat berdiri. Otot-otot tungkai
menutupi tempat fraktur, sehingga memerlukan sinar-X untuk mengkonfirmasikan
diagnosis. Tidak diperlukan reduksi, pembidaian, dan perlindungan, karena itu
asalkan persendian lutut normal, biarkan pasien berjalan segera setelah cedera
jaringan lunak memungkinkan. Penderita cukup diberi analgetika dan istirahat
dengan tungkai tinggi sampai hematom diresorbsi.
e)
Fraktur Tertutup pada Tibia dan Fibula
Pada fraktur ini tungkai pasien
terpelintir, dan mematahkan kedua tulang pada tungkai bawah secara oblik,
biasanya pada sepertiga bawah. Fragmen bergeser ke arah lateral, bertumpang
tindih, dan berotasi. Jika tibia dan fibula fraktur, yang diperhatikan adalah
reposisi tibia. Angulasi dan rotasi yang paling ringan sekalipun dapat mudah
terlihat dan dikoreksi. Perawatan tergantung pada apakah terdapat pemendekan.
Jika terdapat pemendekan yang jelas, maka traksi kalkaneus selama seminggu
dapat mereduksikannya. Pemendekan kurang dari satu sentimeter tidak menjadi
masalah karena akan dikompensasi pada waktu pasien sudah mulai berjalan.
Sekalipun demikian, pemendekan sebaiknya dihindari.
Menurut
Reeves. (2001)
Berdasarkan parahnya integritas kulit, lokasi, bentuk, patahan dan status
kelurusan
1.
Fraktur
tertutup ( simple )
Fraktur yang fragmen tulangnya tidak menembus kulit atau tidak
menyebabkan robeknya kulit sehingga tempat fraktur tidak tercemar oleh
lingkungan.
2.
Fraktur terbuka ( complete
)
Fraktur yang mempunyai hubungan dngan dunia luar melalui luka pada kulit dan
jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam) dan berpotensial untuk
terjadi infeksi.
3.
Fraktur komplit ( complete
)
Garis fraktur melibatkan seluruh
potongan menyilang dari tulang dan frgmen tulang biasanya berubah tempat atau
mengalami pergeseran atau perpindahan posisi tulang.
4.
Fraktur tak
komplit (
Incomplete )
Fraktur yang hanya melibatkan sebagian potongan
menyilang tulang satu sisi patah yang lain biasanya hanya bengkok (green stick)
Tipe fraktur yang berat.
1.
Greenstick
fraktur yang
tidak sempurna dan biasanya sering terjadi pada anak-anak.
2.
Transversal
Fraktur luas yang melintang dari tulangf atau fraktur sepanjang garis
tengah tulang
3.
Oblik
Fraktur yang memiliki arah miring.
4.
Spiral
Fraktur luas yang mengelilingi tulang.
5.
Kominutif
Fraktur dengan tulang pecah menjadi
beberapa frakmen.
6.
Depresi
fraktur ini
terjadi pada tulang pipih, khususnya tulang tengkorak dimana kekerasan langsung
mendorong bagian tulang masuk kedalam.
7.
Kompresi
Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang).
8.
Avulsi
disebabkan oleh
kontraksi otot yang kuat, sehingga menarik bagian tulang tempat tendon tersebut
melekat. Paling sering terjadi pada bahu dan lutut, tetapi bisa juga terjadi
pada tungkai dan tumit.
9.
Patologis
Fraktur terjadi pada penyakit tulang
( seperti kanker, osteoforosis ) dengan tak ada trauma, atau fraktur yang
terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada daerah perlekatannnya.
5.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis
fraktur adalah nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan ekstremitas,
krepitus, pembengkakan lokal, dan perubahan warna (Smeltzer, 2002). Gejala umum
fraktur menurut Reeves (2001) adalah rasa sakit, pembengkakan, dan kelainan
bentuk.
Tanda dan
gejala yang umum ditemukan antara lain :
1.
Nyeri terus-menerus dan bertambah beratnya sampai
fragmen tulang diimobilisasi. Spasme otot yang menyertai fraktur merupakan
bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk meminimalkan gerakan antarfragmen
tulang.
2.
Setelah terjadi fraktur, bagian-bagian yang tak dapat
digunakan dan cenderung bergerak secara tidak alamiah (gerakan luar biasa)
bukannya tetap rigid seperti normalnya. Pergeseran fragmen pada fraktur lengan
atau tungkai menyebabkan deformitas (terlihat maupun teraba) ekstremitas yang
bisa diketahui dengan membandingkan ekstremitas normal. Ekstremitas tak dapat
berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada integritas
tulang tempat melengketnya otot.
3.
Pada fraktur tulang panjang, terjadi pemendekan tulang
yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat di atas dan bawah tempat
fraktur. Fragmen sering saling melingkupi satu sama lain sampai 2,5-5 cm (1-2
inchi).
4.
Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba
adanya derik tulang dinamakan krepitus yang teraba akibat gesekan antara
fragmen satu dengan lainnya. Uji krepitus dapat mengakibatkan kerusakan
jaringan lunak yang lebih berat.
Pembengkakan
dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat trauma dan
perdarahan yang mengikuti fraktur.
Tanda dan
gejala menurut Joyce. M. Black, 1993 : 199 yaitu :
1.
Deformitas
Daya terik kekuatan otot menyebabkan
fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur
terjadi seperti :
a.
Rotasi pemendekan tulang
b.
Penekanan tulang
2.
Bengkak
Edema muncul secara cepat dari
lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur
3.
Echumosis dari Perdarahan Subculaneous
4.
Spasme otot spasme involunters dekat fraktur
5.
Tenderness/keempukan
6.
Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah
tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan.
7.
Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari
rusaknya saraf/perdarahan)
8.
Pergerakan abnormal
9.
Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah
10.
Krepitasi.
6.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSTIK
a.
Pemeriksaan
Rontgen, menentukan lokasi./.luasnya fraktur dan jenis fraktur
b.
CT Scan tulang,
digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya tulang didaerah yang
sulit dievaluasi.
c.
Hitung darah
lengkap, hematokrit dan leukosit mungkin meningkat atau menurun dan.
d.
Kreatinin,
trauma otot meningkatkan beban kreatinin untuk klirens ginjal
(Lukman dan Ningsih, Nurna. 2009 ; 37)
7.
KOMPLIKASI
FRAKTUR
Menurut Muttaqin. (2008;76)
a.
Komplikasi awal
a)
Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai
dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, sianosis pada bagian distal.
b)
Sindrom
kompartemen
Merupakan komplikasi yang serius
yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam
jaringan parut. Hal ini disebabkan oleh edema atau perdarahan yang menekan otot
saraf dan pembuluh darah, atau karena tekanan dari luar seperti gips dan
pembebatan yang terlalu kuat.
c)
Fat Embolism Syndrome
Komplikasi serius yang sering
terjadi pada kasus fraktur tulang panjang. FES terjadi karena sel-se lemak yang
dihasilkan marrow kuning masuk ke aliran darah dan menyebabkan kadar oksigen
dalam darah menjadi rendah. Hal tersebut ditandai dengan gangguan pernapasan,
takikardi, hipertensi, takipnea dan demam.
d)
Infeksi
Sistem pertahanan tubuh akan rusak bila
ada trauma pada dan jaringan. Pada trauma ortopedi, infeksi dimulai pada kulit
dan masuk ke dalam. Hal ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tetapi
dapat juga karena penggunaan bagan lain daam pembedahan, seperti pin (ORIF
& OREF) dan plat.
e)
Syok
Syok terjadi karena kehilangan
banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler sehingga menyebabkan
oksigenasi menurun.
b.
Komplikasi
lanjut
Menurut Muttaqin
(2008)
a)
Mal union adalah
keadaan ketika fraktur menyembuh pada saanya, tetapi terdapat deformitas yang
berbentukk angulasi pemendekan atau union secara menyilang misalnya pada
fraktur tibia-fibula.
b)
Delayed union adalah
merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai dengan waktu yang dibutuhkan
tulang untuk menyambung. Hal ini terjadi karena suplai darah ke tulang menurun.
Delayed union adalah fraktur yang tidak sembuh setelah waktu 3- bulan (tiga
bulan untuk anggota gerak atas dan lima bulan untuk anggota gerak bawah).
c)
Non union adalah
fraktur yang tidak sembuh antara 6-8 bulan dan tidak didapatkan konsolidasi
sehingga terdapat pseudoartrosis (sendi palsu). Pseudoartrosis dapat terjadi
tanpa infeksi, tetapi dapat juga terjadi bersama-sama infeksi.
8.
PENATALAKSANAAN
1)
Prinsip
penanganan fraktur (Muttaqin. 2008;81)
a.
Rekognisi
Prinsip utama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan
anamnesis, pemeriksaan klinis, dan radiologi. Pada awal pengobatan perlu
diperhatikan lokasi fraktur, bentuk fraktur, menentukan tehnik yang sesuai
untuk pengobatan dan komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah
pengobatan.
b.
Reduksi
Reduksi fraktur adalah mengembalikan fungsi normal dan mencegah komplikasi
seperti kekakuan, deformitas serta perubahan osteoarthritis dikemudian hari.
Reduksi
fraktur apabila perlu. Pada fraktur intra-artikulas diperlukan reduksi
anatomis, sedapat mungkin mengembalikan fungsi normal, dan mencegah komplikasi
seperti kekakuan, deformitas, serta perubahan oseoartritis dikemudian hari.
c.
Retensi
(imobilisasi fraktur)
Adalah metode yang dilaksanakan untuk mempertahankan fragmen-fragmen
tersebut selama masa penyembuhan dengan cara imobilisasi.
d.
Rehabilitasi
Adalah mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin. Program
rehabilitasi dilakukan dengan mengoptimalkan seluruh keadaan klien pada
fungsinya agar aktivitas dapat dilakukan kembali.
2)
Penatalaksanaan menurut Muttaqin (2008) ada 2 yaitu
a.
Penatalaksanaan konservatif
1.
Proteksi adalah proteksi fraktur terutama untuk
mencegah trauma lebih lanjut dengan cara memberikan sling (mitela) pada anggota
gerak atas atau tongkat pada anggota gerak bawah.
2.
Imobilisasi dengan bidai eksterna. Imobilisasi pada
fraktur dengan bidai eksterna hanya memberikan imobilisasi. Biasanya menggunakan
Gips atau dengan macam-macam bidai dari plastik atau metal.
3.
Reduksi tertutup dengan menggunakan manipulasi dan
imobilisasi eksterna yang menggunakan gips. Reduksi tertutup yang diartikan
manipulasi dilakukan dengan pembiusan umum dan lokal.
4.
Reduksi tertutup dengan traksi kontinu dan counter
traksi. Tindakan ini mempunyai tujuan utama, yaitu beberapa reduksi yang
bertahap dan imobilisasi.
b.
Penatalaksanaan pembedahan
Penatalasanaan
ini sangat penting diketahui oleh perawat, jika ada keputusan bahwa klien
diindikasikan untuk menjalani pembedahan, perawat mulai berperan dalam asuhan
keperawatan tersebut.
a.
Reduksi tertutup dengan fiksasi eksternal atau fiksasi
perkutan dengan K-Wire.
b.
Reduksi terbuka dan fiksasi internal atau fiksasi
eksternal tulang yaitu :
a)
Open Reduction
and Internal Fixation (ORIF) atau Reduksi terbuka dengan Fiksasi Internal.
ORIF akan mengimobilisasi fraktur dengan melakukan pembedahan untuk
memasukan paku, sekrup atau pen kedalam tempat fraktur untuk memfiksasi
bagian-bagian tulang pada fraktur secara bersamaan. Fiksasi internal sering
digunakan untuk merawat fraktur pada tulang pinggul yang sering terjadi pada
orang tua.
b)
Open Reduction
and External Fixation (OREF) atau Reduksi Terbuka dengan Fiksasi Eksternal
Tindakan ini merupakan pilihan bagi sebagian besar fraktur. Fiksasi
eksternal dapat menggunakan konselosascrew atau dengan metilmetakrilat (akrilik
gigi) atau fiksasi eksterna dengan jenis-jenis lain seperti gips.
9.
PENGOBATAN
a.
Proses penyembuhan tulang
Ketika
tulang mengalami cedera, fragmen tulang tidak hanya ditambal dengan jaringan
parut, namun secara alamiah tulang akan mengalami tegenerasi sendiri. Tahapan
penyembuhan tulang terdiri atas 5, yaitu : (Lukman dan Ningsih, Nurna. 2009 ;
8)
a)
Tahap inflamasi
Tahap
inflamasi berlangsung beberapa hari dan akan hilang dengan berkurangnya
pembengkakan dan nyeri. Saat tulang mengalami cedera, terjadi perdarahan dalam
jaringan yang cedera dan pembentukan hematoma di tempat tulang yang patah.
Ujung fragmen tulang mengalami devitilisasi karena terputusnya pasokan darah.
Tempat cedera kemudian akan diinvasi oleh makrofag (sel darah putih besar),
yang akan membersihkan daerah tersebut. Pada saat itu terjadi inflamasi,
pembengkakan dan nyeri.
b)
Tahap proliferasi sel
Kira-kira
lima hari hematoma akan mengalami organisasi, terbentuknya benang-benang fibrin
dalam jendalan darah, membentuk jaringan untuk revaskularisasi, dan invasi
fibroblas dan osteoblas. Fibroblas dan osteoklas akan menghasilkan kolagen dan
proteoglikan sebagai matriks kolagen pada patahan tulang. Terbentuk jaringan
ikat fibrosa dan tulang rawan (osteoid). Dari periosteum, tampak pertumbuhan
melingkar. Kalus tulang rawan tersebut dirangsang oleh gerakan mikro minimal
pada tempat patah tulang, tetapi gerakan berlebihan akan merusak struktur
kalus. Tulang yang sedang aktif tumbuh menunjukan petensial elektronegatif.
c)
Tahap pembentukan kalus
Hari ke 10
hingga sebelum minggu ke-7. Aktivitas osteoblas-osteoclas muncul, hingga
terbentuk kalus.
d)
Tahap penulangan kalus (osifikasi)
Pembentukan
kalus mulai mengalami penulangan dalam dua sampai tiga minggu patah tulang,
melalui proses penulangan endokondral. Patah tulang panjang orang dewasa
normal, penulangan memerlukan waktu tiga sampai empat bulan. Mineral terus
menerus ditimbun sampai tulang benar-benar telah bersatu dengan keras.
e)
Tahap menjadi tulang dewasa (Remodeling)
Tahap akhir perbaikan
patah tulang meliputi pengambilan jaringan mati dan reorganisasi tulang baru ke
susunan struktural sebelumnya.
b.
Faktor penyembuhan fraktur
Faktor-faktor
yang menentukan lama penyembuhan fraktur adalah sebagai berikut : (Muttaqin.
2008 ; 75)
a.
Usia penderita.
Waktu
penyembuhan tulang anak-anak jauh lebih cepat dari pad orang dewasa. Hal ini di
sebabkan karena aktivitas proses osteogenesis pada periosteum dan endoesteum
serta proses pembentukan tulang pada bayi sangat aktif. Apabila usia bertambah
proses tersebut semakin berkurang.
b.
Lokasi dan konfigurasi fraktur.
Lokasi
fraktur memang berperan penting. Penyembuhan fraktur metafisis lebih cepat
penyembuhannya dari pad fraktur diafisis. Di samping itu konfigurasi fraktur
seperti fraktur tranversal lebih lambat penyembuhannya di bandingkan dengan
fraktur oblik karena kontak yang lebih banyak.
c.
Pergeseran awal fraktur.
Pada fraktur
yang periosteumnya tidak bergeser penyembuhannya dua kali lebih cepat di
bandingkan dengan fraktur yang bergeser.
d.
Vaskularisasi pada kedua fragmen.
Apabila
fragmen mempunyai vaskularisasi yang baik, penyembuhannya tanpa komplikasi.
Bila salah satu sisi fraktur mempunyai vaskularisasi yang jelek sehingga
mengalami kematian.
e.
Reduksi serta imobilisasi.
Reposisi
fraktur akan memberikan kemungkinan untuk vaskularisasi yang lebih baik dalam
bentuk asalnya. Imobilisasi yang sempurna akan mencegah pergerakan dan
kerusakan pembuluh darah yang akan mengganggu penyembuhan fraktur.
f.
Waktu
imobilisasi.
Bila
imobilisasi tidak di lakukan sesuai waktu penyembuhan sebelum terjadi union,
kemungkinan akan terjadi non-union sangat besar.
g.
Faktor adanya infeksi dan keganasan local
h.
Cairan synovial.
Cairan
synovial yang terdapat di persendian merupakan hambatan dalam penyembuhan
fraktur.
.
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda